barisan sponsor

Selasa, 06 April 2010

pengaruh aroma terapi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga pasien di ruang ICU


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Gangguan kecemasan (anxietas) merupakan masalah kesehatan pada umumnya dan masalah kesehatan jiwa pada khususnya. Tahun 1997, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tahun 1997 sebagai tahun kesehatan jiwa, pertimbangan ini berdasarkan study Bank Dunia yang menyatakan bahwa gangguan kesehatan jiwa khususnya anxietas merupakan penyebab utama hilangnya kualitas hidup manusia (Ibrahim, 2002).
Seseorang masuk Rumah sakit dan dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) mengalami kecemasan fisik maupun psikis, dimana kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang sering disertai dengan gejala psikologis (Tomb, 2004). Kecemasan dapat terjadi seumur hidup dan dalam berbagai kegawatan. Dalam tingkatanya  kecemasan dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu kecemasan ringan, sedang, berat, dan panic. Kecemasan dapat ditandai dengan adanya gelisah, tegang, khawatir, gemetar, denyut jantung cepat, tidak dapat memusatkan perhatian, menjadi gagap atau tremor dan tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Kecemasan yang terjadi tidak saja dialami oleh seorang pasien tetapi dapat juga dialami oleh keluarga yang anggota keluarganya dirawat di rumah sakit. Keadaan pasien yang kritis dan mendapatkan perawatan diruang ICU memungkinkan terjadinya konflik atau kecemasan didalam diri keluarga pasien sehingga peran perawat didalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan pengunjung untuk menurunkan tingkat kecemasan menjadi kebutuhan yang tidak dapat diabaikan Kecemasan pada keluarga pasien secara tidak langsung mempengaruhi pasien yang dirawat di ruang ICU, hal ini terjadi jika keluarga pasien mengalami kecemsan berakibat pada pengambilan keputusan yang tertunda. Pasien ICU memerlukan tindakan yang intensive, keluarga pasien dalah pemegang penuh keputusan yang akan di ambil dalam penanganan pasien. Pengambilan keputusan yang tertunda akan merugikan pasien, yang seharusnya diberikan tindakan namun keluarga pasien belum bisa memberikn keputusan karena mengalami kecemasan (Hudak & Gallo, 1997).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arofati (2001), terhadap tingkat kecemasan individu keluarga pasien yang menjalani perawatan diruang ICU, didapatkan hasil 80,6% keluarga pasien mengalami kecemasan dari tingkat ringan sampai berat (panic). Sedangkan prevalensi (angka kesakitan) gangguan kecemasan (anxietas) berkisar pada angka 6-7%.
Di ruang ICU Rumah sakit Umum Daerah Banyumas (RSUD Banyumas) saat ini memiliki kapasitas 10 tempat tidur, 3 inkubator, dengan tidak membeda-bedakan jenis penyakit dan status pasien. Jarak antara tempat tidur yang satu dengan tempat tidur yang lain kurang lebih 2 meter. Di ruang tersebut pasien dirawat dalam satu ruangan dengan penyekat korden untuk privasi pasien bila dilakukan tindakan dan dibuka pada saat jam kunjung. Keluarga dan pengunjung pasien hanya boleh melihat pasien melalui jendela kaca. Jam kunjung sehari 2 kali yaitu siang antara jam 10.00 WIB dan sore hari jam 16.00 WIB. Dalam keadaan tertentu keluarga pasien diperbolehkan masuk 1 orang keruang rawat dengan mengenakan baju khusus. Di ruang ICU RSUD Banyumas tersedia ruang tunggu yang cukup memadai sehingga memungkinkan keluarga pasien untuk istirahat. Di ruang tunggu para penunggu banyak yang menggunakan minyak kayu putih untuk dihirup agar cemas yang dialami berkurang. Selain ruang tunggu juga terdapat ruang konsultasi disediakan bila keluarga pasien yang ingin berkonsultasi baik dengan dokter maupun dengan perawat.
Dengan kondisi ruangan dimana keluarga pasien tidak boleh mendampingi pasien setiap saat dan tidak bisa melihat perkembangan pasien secara langsung akan menyebabkan keluarga pasien khawatir dan cemas. Dampak langsung dari kecemasan ini dialami oleh  keluarga pasien. Kecemasan pada keluarga pasien di ruang ICU akan menimbulkan masalah baru, keluarga pasien yang cemas akan mengalami berbagi macam gangguan diantaranya adalah gangguan system gastrointestinal : diare, kembung, lambung terasa perih, perasaan sebah, banyak angina di dalam perut. Gangguan psikologis dengan tanda-tanda akan pingsan, takut sekali akan menjadi gila dan takut mati. Gejala psikologis lainya berupa derealisasi (merasa apa yang ada diluar dirinya  berubah menjadi lain), serta dengan gejala dipersonalisasi (dirinya bukan dirinya). Di sini peran perawat dalam mengatasi rasa cemas menjadi sangat berarti. Diperlukan suatu tindakan yang bisa menurunkan tingkat kecemasan. Aromatherapy adalah salah satu cara yang mungkin bisa digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien tersebut.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan. (Stevensen 1996)
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada.(Devita 2008)
Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan. Selain itu Lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian Lemon digunakan untuk menenangkan suasana. (Bastard & Denise 2006)
Diharapkan setelah pemberian Aromaterapi dapat mengurangi tingkat kecemasan pada keluaraga pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Banyumas. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi atau melakukan suatu penanganan atas tingkat kecemasan yang dialami keluarga pasien tersebut. Peneliti mengemukakan suatu solusi yaitu dengan penggunaan Aromaterapi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh pemberian  Aromatherapy terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga pasien di ruang Intensive care Unit (ICU) RSUD Banyumas?”.
C.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui adanya pengaruh Pemberian Aromatherapy terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga pasien di ruang Intensive care Unit (ICU) RSUD Banyumas.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan karakteristik keluarga pasien (umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan) yang dirawat di ruang Intensive care Unit (ICU) RSUD Banyumas.
b.    Untuk mengetahui  gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di ruang Intensive care Unit (ICU) sebelum pemberian Aromatherapy.
c.    Untuk mengetahui  gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di ruang Intensive care Unit (ICU) sesudah pemberian Aromatherapy.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi profesi keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam upaya mengurangi tingkat kecemasan pada keluarga pasien.
2.      Bagi pasien
Pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan  dalam teknik mengurangi tingkat kecemasan.
3.      Pada Institusi Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan dalam proses perawatan pasien dengan tingkat kecemasan terutama dalam pemberian aromaterapi dalam menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU.
4.      Bagi pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan referensi dan masukan tentang teknik mengurangi tingkat  kecemasan.
5.      Bagi peneliti
Melalui penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam praktek nyata melalui suatu penelitian.


0 komentar:

Posting Komentar

kasih komentar anda

jam

Jumlah pengunjung

Laskar X-Pan City

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Dunia telah memberikan arti bagi hidupku. Saya hanyalah anak kampung yang tidak ingin ketinggalan dengan kemajuan teknologi. Bukan saatny orang kampung termarjinalkan. Sekarang adalah saatnya untuk maju. membuka bakat terpendam yang dimiliki oleh orang kampung seperti saya ini.

translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Perjalananku

benerin komputer

tentang skripsi