Selasa, 24 April 2012
Pemakaian Ventilator Frekuensi Tinggi pada Bayi Asfiksia Berat
Selasa, April 24, 2012 |
Diposting oleh
Perawat Ksatria Indonesia |
Edit Entri
A.
PENDAHULUAN
Menangis
bagi bayi
saat kelahirannya
memegang peranan
penting bagi
kehidupannya ke
depan. Bayi
yang tidak segera
menangis saat
lahir atau
biasa disebut
dengan asfiksia
biasanya akan
berlanjut menjadi
cacat otak.
Asfiksia merupakan
penyebab
nomor
tiga
pembunuh
bayi
setelah
prematuritas
dan
infeksi.
Kasus asfiksia
terjadi
di
Indonesia
sekitar
3 persen
dari
120 juta
kelahiran/tahun.
Sementara tahun
2001 di
RS Wangaya,
kasus
asfiksia
sedang
berjumlah
78 kasus
(9%), asfiksia
berat
58 kasus
(6%).
Asfiksia
dapat
diartikan
gagal
untuk
mulai
bernapas
dan
mempertahankannya
segera
setelah
dilahirkan.
Ini mengakibatkan
suplai
oksigen
ke
jaringan
berkurang
dan
denyut
jantung
menjadi
menurun. Selain
itu,
bayi
dengan
asfiksia
juga
mengalami
gangguan
perputaran
gas oksigen
dan
karbondioksida
sehingga
menyebabkan
perfusi
ke
organ-organ vital. ''Bila
ini
terjadi
dalam
waktu
yang lama, yang dikorbankan
adalah
otak.
Otak menjadi
kekurangan
oksigen
sehingga
bayi
mengalami
kelumpuhan
otak
(enchepalopaty)
dan
koma.
Bila sudah
dalam kondisi
tersebut akan
menyebabkan kematian
pada bayi.
''Namun
ada
juga
bayi
yang bertahan
hidup.
Tetapi mereka
yang sadar dari
koma biasanya
akan membawa
gejala sisa,
seperti mengalami
cerebralphase atau
lumpuh otak,
di mana
bayi ke
depannya akan
menjadi idiot, tidak
bisa bangun,
bicara maupun
berjalan.
Selain
gejala-gejala
berat
di
atas,
ada
pula gejala
bawaan
ringan.
Gejala ini
biasanya
dialami
bayi
dengan
asfiksia
tetapi
tidak
sampai
koma.
Kalau
bayi
asfiksia
cukup
lama namun
tidak
sampai
koma,
biasanya
mengalami
gejala
sisa
yang ringan
seperti
mengalami
gangguan
bicara,
gangguan
pendengaran
atau
buta.
Risiko
bayi
dengan
asfiksia
dipengaruhi
oleh
banyak
faktor,
yaitu
faktor
janin,
ibu,
plasenta
dan
bayi
itu
sendiri.
''Ibu
yang kehamilannya
bermasalah,
seperti
menderita
diabetes, hipertensi,
suka
merokok
dan
minum-minuman
keras
hingga
mengalami
pendarahan
awal
sangat
berisiko
bayinya
mengalami
asfiksia.
Asfiksia
dapat ditangani
dengan alat
bantu napas
dan tenaga
medis yang terlatih.
''Jadi
kasus
kematian
dan
cacat
otak
akibat
asfiksia
bisa
ditangani
dengan
peralatan
yang tersedia
di
setiap
RS dan
tenaga
medis
yang terlatih,''.
Di
Rumah Sakit Margono Soekardjo dalam menangani bayi asfeksia untuk pemberian
oksigennya masih dengan cara yang sederhana, ada fentilator tetapi jarang
digunakan katanya. Melihat fenomena yang ada maka kelompok kami dalam hal ini
akan memperkenalkan cara terbaru untuk mengatasi bayi asfeksia berat dengan menggunakan
fentilator frekkuensi tinggi sebagaimana yang dikemukakan oleh dr.Isra
Firmansyah dan Dr. Munar Lubis, mengacu pada hasil penelitian diswedia oleh
Sjostrand.
B.
ISI
Asfiksia berat merupakan keadaan
gawat darurat bayi baru lahir yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik
segera. Ventilator merupakan alat bantu pernapasan yang dapat digunakan untuk
memperbaiki ventilasi alveolar, pembuangan CO2, serta oksigenasi jaringan yang
adekuat. Jenis ventilator mekanik yang sering digunakan, yaitu ventilator mekanik
konvensional dan ventilator frekuensi tinggi. Ventilator mekanik konvensional
mulai ditinggalkan karena efek samping yang ditimbulkannya. Kini telah dikembangkan
penggunaan ventilator frekuensi tinggi dengan risiko barotrauma yang lebih
rendah karena tekanan, volume dan frekuensi oksigen yang diberikan dapat
diatur. Pada makalah ini dibahas pemakaian ventilator frekuensi tinggi pada
bayi asfiksia berat.
Kata kunci : asfiksia berat,
ventilator frekuensi tinggi.
1.
Pengertian
Asfiksia adalah suatu keadaan dengan karakteristik
hipoksia yang progresif, hiperkapnia, dan asidosis. Asfiksia pada masa perinatal akan menyebabkan terjadinya penurunan
kadar oksigen, saturasi oksigen dan perfusi darah ke jaringan, sehingga
menimbulkan iskemia pada organ yang sensitif terhadap penurunan oksigen. Antisipasi dan penanganan dini bayi asfiksia dapat membantu
menghindarkan bayi tersebut dari kecacatan dan dampak merugikan pada tumbuh kembang
di kemudian hari. Selain bayi kurang bulan, bayi dengan asfiksia berat masih
menempati tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi di Negara berkembang.
Demikian pula dampak jangka panjang masih merupakan problem baik bagi keluarga
maupun Negara.
Beberapa keadaan yang dihubungkan
dengan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, antara lain respiratory
distress syndrome (RDS), pulmonary air leak,fistula bronkopleural,
hipertensi pulmonal persisten, sindrom aspirasi mekonium, pneumonia neonatal, hipoplasi
pulmonal, hernia diafragmatika, malformasi kistik paru dan lain-lain.2,3 The American Academy of Pediatrics dan The American College of Obstetricians
and Gynecologists menyatakan bahwa neonatus yang mengalami asfiksia berat
saat lahir, dengan asidosis metabolik (pH <7) dan nilai apgar menetap 0
sampai 3 selama lebih dari lima menit, akan berlanjut menjadi ensefalopati
hipoksik. Maka untuk mencegah terjadinya hal tersebut perlu segera dilakukan
bantuan ventilasi.4,6,7 Bantuan ventilasi didefinisikan
sebagai usaha untuk memindahkan udara ke dalam dan ke luar paru dengan
menggunakan suatu alat yang dihubungkan langsung kepada pasien. Peralatan yang
digunakan dapat bermacam-macam bentuknya, resuscitation bag atau
ventilator. Pada neonatus, bantuan ventilasi biasanya diberikan sementara untuk
membantu fungsi paru sampai pasien dapat bernapas secara adekuat tanpa
pertolongan. Bantuan ventilasi ini akan memperbaiki ventilasi alveolar,
pembuangan CO2, oksigenasi yang adekuat serta
menurunkan kerja pernapasan.
2.
Patologi bayi asfiksia berat
Bayi mempunyai kebutuhan oksigen yang
lebih tinggi dibandingkan orang dewasa karena metabolisme pada bayi lebih
tinggi. Konsumsi oksigen pada bayi 6-8 ml/kg per menit dibandingkan dengan 3-4
ml/kg per menit pada orang dewasa. Oleh karena itu bila terjadi henti napas
atau ventilasi alveolar yang kurang, hipoksemia lebih cepat terjadi pada anak. Penyakit
yang berlanjut ke distres pernapasan atau gagal napas dapat menyebabkan
hipoksemia, melalui beberapa mekanisme yaitu penurunan compliance komplians
paru dan atau peningkatan tahanan udara yang akan meningkatkan usaha napas dan
kebutuhan oksigen, gangguan pertukaran oksigen, CO2, ketidaksesuaian ventilasi dan perfusi dengan akibat pirau
aliran darah paru sehingga terjadi hipoksemia. Pada
keadaan asfiksia berat terjadi perubahan yang sangat dramatis, pH darah turun
dari 7.3 menjadi 6.8 pada menit ke 10, paCO2 naik
dari 45 mmHg menjadi 150 mmHg, paO2 turun, asam laktat sebagai refleksi
metabolisme anaerob dan penumpukan asam akan sangat meningkat, sehingga
akhirnya terjadi depresi otak yang hebat. Hipoksia dapat terjadi secara terus
menerus atau intermiten. Kelangsungan hidup neonatus akan menurun secara
bermakna sesuai dengan konsentrasi oksigen dan lamanya hipoksia.
3.
Pemakaian ventilator frekuensi tinggi
Apabila fungsi paru untuk
melaksanakan pembebasan CO2
atau pengambilan O2 dari atmosfir tidak cukup, maka dapat dipertimbangkan
pemakaian ventilator mekanik. Tidak semua kegagalan pernapasan merupakan indikasi
untuk penggunaan ventilator. Tetapi dapat diramalkan bahwa tanpa penggunaan
alat ini maka keadaan gagalnya pernapasan akan semakin berat dan dapat berakhir
dengan kematian. Walaupun demikian penggunaan ventilator mekanik juga mempunyai
risiko yaitu terjadinya barotrauma serta displasia bronkopulmonal.Ventilator
dibagi dua jenis, yaitu ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan
positif. Ventilator tekanan negatif membuat lingkungan negatif disekeliling
dada sehingga mengakibatkan udara masuk ke dalam paru. Contohnya adalah tank
respirator dan curais respirator. Ventilator tekanan positif membuat
tekanan positif dalam saluran napas sehingga udara masuk ke dalam paru.
Terdapat dua bentuk ventilator tekanan positif, yaitu ventilator mekanik
konvensional yang mampu memberi udara dengan volume besar, tekanan tinggi dan
frekuensi rendah. Yang lain adalah ventilator frekuensi tinggi yang mampu
memberikan aliran udara dengan volume kecil, tekanan rendah, dan frekuensi
tinggi. Ventilator mekanik konvensional mempunyai 3 tipe yaitu:
a. Tipe pressure cycle, pada tipe
ini udara mengalir ke dalam paru dengan tekanan tertentu dan kemudian titik
waktu pengaliran udara ini akan terhenti setelah mencapai tekanan tertentu dan kemudian
pasien mulai ekspirasi kembali. Oleh karena tekanan telah diatur maka jumlah
udara yang masuk selama inspirasi tergantung pada tahanan dan daya kembang paru.
Ventilator ini mempunyai bentuk yang sederhana, mudah digunakan, tidak
membutuhkan ruang atau tempat yang luas, dapat diletakkan di samping tempat
tidur pasien dan harganya lebih murah dibandingkan dengan tipe volume.
b. Tipe time cycle, pada tipe ini
aliran inspirasi gas diubah menjadi inspiratory time. Volume tidak
diatur oleh aliran dan waktu inspirasi.
c. Tipe volume cycle, volume
udara diatur sampai tekanan tertentu dan didasarkan pada compliance dan
resistensi paru.11,12 Komplikasi penggunaan ventilator mekanik
konvensional meliputi trauma saluran napas, chronic lung injury, air
leaks syndrome, retinopathy of prematurity, infeksi, perdarahan intra kranial
dan lain-lain. Ventilator frekuensi tinggi merupakan variasi dari ventilator
mekanik, yaitu suatu alat yang dirancang untuk memberikan ventilasi dengan
cepat, menggunakan volume tidal yang kecil dan mengurangi ruang rugi. Teknik
ini lebih baik dari alat ventilator mekanik konvensional, yaitu dapat
mempertahankan volume semenit yang cukup dengan tekanan saluran pernapasan
proksimal yang lebih rendah, hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan ventilator mekanik konvensional. Untuk penanganan kolaps paru dengan
tekanan saluran pernapasan yang tinggi dapat digunakan ventilator frekuensi
tinggi.7,14 Alat ini juga mempunyai kemampuan
untuk memberikan ventilasi yang cukup walaupun volume tidal diturunkan sehingga
dapat menurunkan risiko barotrauma. Angka kecepatan selama diberikan ventilator
frekuensi tinggi sering dinyatakan dalam hertz (Hz). Kecepatan 1 hertz
(1 siklus/detik) sebanding dengan 60 denyut per menit.
Beberapa keadaan pada bayi asfiksia
berat yang memerlukan bantuan ventilator frekuensi tinggi, yaitu:
1) Gagal napas
2) Emfisema intersisial pulmonal. Beberapa
pusat penelitian menggunakan ventilator frekuensi tinggi untuk penanganan
stadium awal yang gagal atau tidak respon terhadap ventilator mekanik konvensional
3) Fistula bronkopleural berat
4) Hipertensi pulmonal yang berhubungan
atau tidak dengan penyakit parenkim paru (misalnya aspirasi mekonium, pneumonia,
hipoplastik paru dan hernia diafragmatika) yang akan mengakibatkan gagal napas dan
mempunyai angka mortalitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian didapatkan
bahwa penggunaan awal ventilator frekuensi tinggi dapat menurunkan 25 – 45 %
kematian
5) Penyakit membran hialin
6) Respiratory distress syndrome
7) Malformasi kistik paru
8) Pulmonary air leak.
4. Jenis
ventilator frekuensi tinggi yang digunakan pada bayi asfiksia berat
Terdapat tiga tipe ventilator
frekuensi tinggi. Froese dan Bryan
membuat tiga klasifikasi berdasarkan pada sifat pernapasan, yaitu:
1)
High frequency positive pressure ventilator (HFPPV)
2)
High frequency jet ventilator (HFJV)
3)
High frequency oscillatory ventilator (HFOV).
1). High Frequency Positive Pressure Ventilator (HFPPV)
Tipe HFPPV merupakan adaptasi dari
ventilator mekanik konvensional yang bekerja meningkatkan pernapasan dengan
kecepatan tinggi, yaitu 60 sampai 150 kali permenit. Alat ini pertama sekali
diperkenalkan di Swedia oleh Sjostrand yang melakukan penelitian terhadap 2000
orang dewasa dan anak-anak selama menjalani pembedahan dan 32 neonatus yang menderita
sindrom gagal napas. Ternyata penggunaan alat ini dapat membantu respirasi
dengan adekuat. Pada tahun 1980, Bland dan kawan-kawan melaporkan adanya
perbaikan pada 24 bayi yang menderita sindrom gawat napas SGN setelah diberikan
ventilator dengan kecepatan pernapasan berkisar 60 sampai 110 kali permenit.
Sejak tahun 1980 penggunaan HPPV pada bagian perawatan intensif neonatus
menjadi populer di seluruh dunia. Ada
dua jenis HPPV yang sering digunakan, yaitu Infrasonic Infant Star
ventilator dan Volumetric Diffusive Respirator. Ventilator HFPPV
mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan High Frequency Oscillatory Ventilator
(HFOV) dan High Frequency Jet Ventilator (HFJV), alat ini dijalankan
dengan frekuensi yang sama seperti HFOV tetapi pasien berada dalam keadaan ekspirasi
pasif dan udara yang berlebihan dapat dikeluarkan melalui selang endotrakea.
Ventilator HFPPV yang sering digunakan dan mendapat persetujuan dari Food
and Drug Administration (FDA) adalah jenis Infrasonic Infant Star
Ventilator. Ventilator ini mempunyai katup pneumatik yang dikontrol oleh
mikroprosesor yang dapat mengubah aliran udara inspirasi untuk mengawali
terjadinya peak inspiratory pressure (pips).10,19 Penggunaan HFPPV biasanya dikombinasikan dengan
ventilator mekanik konvensional (VMK). Kecepatan, positive end expiratory
pressure (PEEP) dan positive airway pressure (PAP) diatur oleh VMK.
2). High Frequency Jet Ventilator ( HFJV )
Ventilator HFJV adalah ventilator
mekanik yang dapat menghantarkan udara dengan kecepatan tinggi ke dalam saluran
pernapasan atas secara langsung melalui selang endotrakeal atau jet injector.
Jet ventilator dapat mempertahankan oksigenasi dan ventilasi. Ventilator ini
mempunyai volume kompresibel dan bekerja secara efektif dengan frekuensi 150
atau 240 sampai dengan 600 kali per menit. Selama alat ini bekerja pasien berada
dalam keadaan ekspirasi pasif. Karena penghantaran udara dilakukan dengan
kecepatan tinggi, maka sangat sulit untuk dilakukan monitor tekanan udara di
dalam saluran pernapasan. Untuk mengatasi hal ini maka dibuatlah suatu alat
yaitu triple lumen hi-lo-jet Endotracheal tube untuk memonitor tekanan
udara dalam lumen selang endotrakeal. Alat ini ditempatkan di bagian distal
kira-kira 7 cm dari ujung selang endotrakeal. Jet
ventilator ini telah dicoba pada bayi dan anak-anak. Jenis yang sering digunakan
dan telah mendapat persetujuan oleh FDA adalah jenis bunnell life pulse jet
ventilator buatan Amerika yang di disain khusus untuk digunakan bayi.
3). High Frequency Oscillatory Ventilator (HFOV)
Ventilator HFOV adalah modifikasi
ventilator mekanik yang menggunakan piston sebagai pompa atau diafragma getar.
Alat ini dapat bekerja dengan frekuensi 600 sampai dengan 900 kali per menit (
10 sampai 15 Hz ). Selama alat ini bekerja, inspirasi dan ekspirasi tetap aktif
(tekanan saluran napas proksimal adalah negatif selama ekspirasi). Osilator
dapat menghantarkan udara segar tanpa terputus ke dalam saluran pernapasan.15,17 Tekanan osilasi dalam saluran pernapasan menghasilkan
volume tidal yang rendah dan akan mempertahankan volume paru. Pengalaman klinik pertama penggunaan HFOV adalah pada bayi
prematur yang menderita penyakit membran hialin yang gagal dengan penggunaan VMK
dan berlanjut menjadi penyakit chronic lung disease. Jenis yang sering digunakan dan telah direkomendasikan oleh
FDA adalah sensor medics 3100 A oscillator. Alat ini menggunakan sebuah
piston osilasi dan tidak dihubungkan dengan ventilator mekanik konvensional.
Parameter yang diukur adalah frekuensi dan tekanan saluran napas rata-rata. Beberapa penelitian prospektif telah dilakukan untuk
membandingkan HFOV dengan VMK, antara lain satu studi di Amerika Utara
menemukan penurunan insiden kematian, frekuensi serta beratnya penyakit paru
kronik pada bayi usia 28 hari dengan berat badan lahir 750 sampai 1250 g.
Selanjutnya penelitian kedua yang dilakukan pada tahun 1988 sampai 1990
mendapatkan hasil penurunan risiko terjadinya air leak syndrome. Clarck dan kawankawan menemukan penurunan insiden displasia bronkopulmonal
pada kasus yang diberikan HFOV. Lamanya pemakaian HFOV yang pernah dilaporkan berkisar
antara 7 sampai 20 hari.
5.
Komplikasi penggunaan ventilator frekuensi
tinggi
Komplikasi utama penggunaan ventilator
frekuensi tinggi adalah terperangkapnya udara dalam paru. Tetapi hal ini dapat
dicegah dengan memonitor gas darah serta foto toraks secara serial. Apabila
dijumpai tandatanda peningkatan tekanan intra toraks serta adanya overinflasi,
maka tekanan dapat diturunkan.
6.
Penghentian ventilator frekuensi tinggi
Jika fungsi hemodinamik telah
berjalan baik, oksigenasi telah cukup adekuat, pasien dalam keadaan sadar dan ventilator
siap dilepaskan, maka dapat dilakukan penghentian atau pelepasan ventilator.
Adapun syaratsyarat penghentian ventilator adalah:
a. Jika paO2 telah normal dan gambaran foto toraks tidak memperlihatkan gambaran
hiperinflasi atau atelektasis paru
b. Bila FiO2 60 %, PEEP dihentikan
c. Jika paCO2 telah turun sampai dengan normal ( paCO2<40 mmHg), amplitude dihentikan.
d. Ketika amplitudo mencapai batas
terendah (10 ml), dapat dimulai pernapasan biasa.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan atau dimonitor pada neonatus asfiksia berat selama pemakaian
ventilator frekuensi tinggi, yaitu ukuran dan posisi pemasangan selang
endotrakeal, tanda klinis (warna kulit, frekuensi pernapasan, pola pernapasan, adanya
retraksi atau tidak, kesesuaian gerakan dada dan perut), analisa gas darah
serta foto toraks untuk menilai adanya pulmonary air leak, atelektasis
dan lain-lain. Selain itu juga dimonitor FiO2, PIP,
PEEP, paw, rate, flow rate, I : E 1:2 dan volume tidal.
Selama melakukan penghentian
pemakaian ventilator frekuensi tinggi perlu dilakukan monitoring elektrolit,
kalsium, glukosa, ureum, dan kreatinin. Karena gangguan metabolik akan
mempengaruhi proses penghentian ventilator tersebut, pasien dipuasakan selama 4 jam sebelum ekstubasi
atau makanan diberikan melalui selang nasogastrik.
7.
Kesimpulan
Kadang kala penanganan gagal napas
pada neonatus dengan asfiksia berat tidak berhasil dengan menggunakan ventilator
mekanik konvensional. Untuk itu dianjurkan menggunakan ventilator frekuensi
tinggi yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ventilator mekanik
konvensional. Yaitu dapat menghantarkan gas atau udara secara langsung ke dalam
saluran pernapasan dengan kecepatan tinggi sehingga pertukaran udara paru
menjadi optimal. Selain itu efek samping barotrauma serta displasia bronkopulmonal
lebih rendah dibandingkan dengan ventilator mekanik konvensional. Selain mempunyai
beberapa keuntungan, ventilator frekuensi tinggi juga mempunyai efek samping
yang tidak ringan pula, maka sebaiknya penggunaan ventilator frekuensi tinggi
dilakukan dengan bantuan tenaga ahli yang telah terlatih dan dididik secara
khusus untuk itu.
C.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Setelah
kelompok membaca dan menganalisa hasil penelitian
Sjostrand diswedia
yang dikemukakan oleh dr.Isra Firmansyah
dan Dr. Munar Lubis, dapat dihubungkan dengan tindakan keperawatan:
1.
Perawat harus
memonitor secara intensif pada bayi asfeksia berat dengan melihat tanda-tanda:
a.
Cuping hidung
b.
Retraksi
dinding dada
c.
Respirasi
tidak stabil
d.
Sianosis
Set
/ atur keperluan O2 bayi sehingga tepat/sesuai dengan kebutuhan.
2.
Perawat
menggunakan pulse oksimeter untuk mengukur saturasi O2 bayi sehingga pemberian
O2 bayi bisa tepat.
3.
Dalam
penggunaan fentilator, perawat hendaknya memonitor selang-selang ventilator
apakah ada kebocoran/ terdapat kondensasi dan suhu pada selang.
4.
Perawat dapat
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain terutama dalam penggunaan ventilator
frekuensi tinggi pada bayi asfiksia berat.
5. Perawat
mampu menguasai dan menggunakan alat ventilator dengan bauk dan benar melalui
pelatihan-pelatihan dan pendidikan khusus.
D.
PENUTUP
Kelompok kami sengaja menyajikan
jurnal yang berjudul Pemakaian Ventilator Frekvensi Tinggi Pada Bayi Asfiksia
Berat dengan harapan:
1. Menambah wawasan/pengetahuan perawat
dalam menangani bayi asfeksia berat sehingga nantinya bisa menekan angka
kematian bayi.
2. Mengharap kepada semua perawat untuk
terus meningkatkan kemampuannya dalam mengoprasikan peralatan baru dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan sehingga nantinya bisa menjadi perawat yang
profesional dan handal.
3. Mengharap kepada pihak Rumah Sakit
untuk menyediakan peralatan yang memadahi khususnya ventilator dan mengadakan
pelatihan bagi perawat, khusus penggunaan alatnya.
4. Kekompakan, kerjasama yang baik antar
tim kesehatan akan meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang
optimal.
Demikian penyajian jurnal dari kelompok kami, semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
Carey BE. Neurologic
assessment. Dalam: Tappero EP, Honeyfield ME, penyunting. Physical assessment
of the newborn. Edisi ke-2. Petaluma
: Nicu ink; 1996. h. 150-1.
Carlo WA, Chatburn RL,
Martin RJ. Randomized trial of frequency jet ventilation versus convensional
ventilation in respiratory distress syndrome. J Pediatr 1997; 110:275-81.
Deep R, Kuhlman K.
Identification and management of the fetus at risk for acidosis. Dalam: Spitzer
AR, penyunting. Intensive care of the fetus and neonate. USA : Mosby; 1996. h. 105-7.
Epstein MF.
Resuscitation. Dalam: Avery ME, Taeusch W. Scaffer’s,penyunting. Diseases of
the newborn. Edisi ke- 5. Philadelphia :Saunders;1984.
h. 100-6.
Frantz ID. Mechanical
ventilation. Dalam: Avery MA, Taeusch W, penyunting. Schaffer’s diseases of the
newborn. Edisi ke -5. Philadelphia :
Saunders; 1984. h. 217- 20.
Golden SM, Peters DY.
Delivery room care. Dalam: Merenstein GB, Gardner SL, penyunting. Handbook of
neonatal intensive care. Edisi ke- 3. USA : Mosby; 1993. h. 55-6.
Goldsmith JP, Karotkin
EH. Introduction to assisted ventilation. Dalam: Goldsmith JP, Karotkin EH,
penyunting. Assisted ventilation of the neonate. Edisi ke- 3. Philadelphia : Saunders; 1996. h. 1-17.
Gomella TL, Cunningham
MD, Eyal EG. Neonatology: Management, procedures,on-call problems, diseases and
drugs. Edisi ke-3. USA :
Lange; 1994. h.7-16.
Hagedorn MI, Gardner
SL, Abman SH. Respiratory disease. Dalam: Merenstein GB, Gardner SL,
penyunting. Handbook of neonatal intensive care. Edisi ke- 3.USA: Mosby; 1993.
h. 311-38
Harris TR, Wood BR.
Physiologic principle. Dalam: Goldsmith JP, Karotkin EH, penyunting. Assisted
ventilation of the neonate. Edisi ke-3. Philadelphia :
Saunders; 1996. h. 21-65.
Kalton M, Cattran CB,
Kent G. Oxygenation during high frequency ventilation compared with
conventional mechanical ventilation in two models of lung injury. J Anesthesia
and Analgesia 1982; 61:323-32.
Karlowicz MG, Karotkin
EH, Goldsmith JP. Rescucitation. Dalam: Goldsmith JP, Karotkin EH, 159 Sari
Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004 penyunting. Assisted ventilation of the
neonate. Edisi ke- 3. Philadelphia :
Saunders; 1996. h. 83-6.
Kercsmar CM. The
respiratory system. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, penyunting. Nelson
essentials of pediatrics. Edisi ke- 2. Philadelphia :
Saunders; 1994. h. 433-43.
Mammel MC, Baros SJ.
High frequency ventilator. Dalam: Goldsmith JP, Karotkin EH, penyunting.
Assisted ventilation of the neonate. Edisi ke- 3. Philadelphia : Saunders; 1996. h. 199-212.
Pusponegoro TS, Chair
I, Wiknjosastro GH. Buku panduan resusitasi neonatus. Jakarta : Perinasia;1998. h. 4-15.
Rab T. Agenda gawat
darurat. Jilid 1. Bandung :
Alumni; 1998. h. 206-21.
Spitzer AR. Mechanical
ventilation. Dalam: Sitzer AR ,penyunting. Intensive care of the fetus
and neonate. USA :
Mosby; 1996. h. 553-69.
UKK pediatri gawat
darurat. Kumpulan materi pelatihan resusitasi pediatrik tahap lanjut, , IDAI
2001; 2-10.
Label:
anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jam
Jumlah pengunjung
Laskar X-Pan City
- Perawat Ksatria Indonesia
- Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
- Dunia telah memberikan arti bagi hidupku. Saya hanyalah anak kampung yang tidak ingin ketinggalan dengan kemajuan teknologi. Bukan saatny orang kampung termarjinalkan. Sekarang adalah saatnya untuk maju. membuka bakat terpendam yang dimiliki oleh orang kampung seperti saya ini.
Perjalananku
- [TIPS] (8)
- anak (2)
- askep (6)
- bedah (10)
- bisnisku (5)
- curahan hatiku (9)
- dari sahabatku (10)
- gawat darurat (4)
- GIZI (1)
- hanya cerita (2)
- Hiburan (5)
- ilmu (22)
- ilmu jiwa (1)
- informasi (12)
- kulit (1)
- maternitas (2)
- motivasi (2)
- musik (1)
- my fam (1)
- obat (1)
- pedoman perawat (1)
- penyakit dalam (3)
- skripsi (1)
- SYARAF (1)
- teman (2)
- Untuk mengingatkan (11)
- VITAMIN (6)
0 komentar:
Posting Komentar
kasih komentar anda