barisan sponsor

Kamis, 18 Februari 2010

jalan yg kan kau pijak.??????

Pengalaman membawaku dalam kontemplasi sistem pelayanan publik negeri ini. Menyentuh pokok persoalan bangsa ini, dalam segi tiga bermuda kemiskinan, kebodohan dan kesehatan. Tingkat kesejahteraan negeri ini yang memprihatinkan belumlah jua mendapatkan titik terang untuk perbaikan kesejahteraan rakyat. Diatas kondisi kesejahteraan/perekonomian yang memburuk, tidak kemudian ditundukannya pelayanan publik untuk dapat merangkul atau pun mengulurkan tangan untuk menopang kondisi tersebut. Sangat menyedihkan, jika saya sedikit menguraikan beberapa kebijakan yang tidak memihak pada rakyat kecil sebagai tokoh utama pewayangan yaitu sang korban semakin terpuruk, tidak berdaya dalam kendali penguasa tirani. Semua bentuk pelayanan negeri ini sudah mengedapankan komersialisasi sebagai tiket untuk mengakses pelayanan tersebut. Mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Seyogyanya dua elemen tersebut menjadi pondasi yang harus mendapatkan perhatian serius untuk membangun negeri ini dari keterpurukan. Tulisan ini, berawal dari pengalaman saya. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah, merenungkan, dan memenuhi panggilan nurani!


Mencapai kedewasaan pemerintahan maka sudah saatnya untuk memberi ruang publik menilai, memutuskan dan mengevaluasi atas kinerjanya. Pada saat ini, aku beranikan diri untuk mengisi ruang itu. Meski tak menggaung namun ku ingin memberi makna. Saya katakana, jika ekonomi merupakan level paling dasar yang bertanggungjawab terhadap kesejateraan negeri, disusul dengan akses pendidikan upaya keluar dari kebodohan, kemudian akses kesehatan sebagai indicator kesejahteraan suatu bangsa.
Maka, bukankah ketiganya harus saling merangkul dan menopang dalam menyikapi setiap persoalan. Ketika keterpurukan ekonomi, ketidakmampuan mengakses pendidikan, hingga berselimut kebodohan dan ketidaktahuan, maka sang kakak “kesehatan” berlaku semena-mena memanfaatkan ketidaktahuan dan keterbatasan ekonomi? Hampir, mungkin saya termasuk korban perangkat jaringannya. Entah bagaimana dengan yang lain? Menyadarinya? Atau hanyut dalam jaringannya? Sungguh, betapa ilmu sangat berarti. Termasuk menangkal sikap arogansi dan kesewenang-wenangan. Atas ketidaktahuan, ketidakberanian, maka akan muncul sikap keserakahan dan kesewang-wenangan. Karena kehadiran arogansi, keserkahan yang bersarang dalam tirani, kita pun turut bertanggungjawab. Dengan membiarkannya terlena dalam kelalaian, dengan apatisnya sikap atas kesewenangan, atas ilmu yang belum atau tidak kita ketahui kebenarannya. Itu semua akan menguatkan tirani dan penjajahan. Maka, untuk kawan2 yang masih memandang ilmu politik sebagai sesuatu yang menjijikan, tapi kehadirannya yang di topang ilmu Agama maka akan menyulut simpul keberanian dan menjadi cahaya dalam gulita. Minimalnya mampu menerangi jalan yang kita tapaki.

Saya tidak bisa menutup mata, jika ternyata mendapatkan kekecewaan dari wadah yang akan menjadi “rumah” saya, bidang kesehatan. Bidang yang kelak ingin ku dedikasikan waktu, energi, dan piranku dalam pengabdian. Tersimpan berjuta impian untuk menjadikannya sahabat dalam perjalanan menuju Bangsa yang sejahtera. Tempat bernaung dalam kerasnya perjuangan hidup, ketika kemiskinan tak bisa mereka lawan, ketika pendidikan tak mampu mereka akses. Maka aku ingin, mendekapnya dalam sentuhan sayang, dan ingin ku berbisik “masih ada aku disini, dengan Rida Allah, kau adalah rajaku.. “. Tapi, akankah itu hanya mimpi? Ditengah menguatnya realita kebusukan yang aku cium satu persatu, mencabik asa penuh harap akan ketulusan pengabdian. Masih adakah mereka-mereka yang terpanggil dan mengulurkan tangan, “aku bersamamu..!”.

Kini, ditempatku berdiri.. terpaku dalam tatapan kegetiran perjuangan. menyisakan pilu yang mengiris. Meraung dalam asa tak menentu. Hanyut dalam perenungan tentang jual-beli hari esok, antara realita dan idealisme. Berjuang membangun dan mewujudkannya dalam sisa-sisa energi yang terampas realita? Atau menyiksa nurani dengan menumpulkan fitrahnya? (naudzubillah) Semoga masih ada mereka-mereka yang terpanggil, dan menjawab panggilannya. Untukmu kawan dan untukku, semoga kita menjadi bagian mereka yang tegar saat yang lain runtuh, yang tegas saat yang lain bimbang, yang kuat menerjang realita pahit, dan apapun yang menghalangi mimpi kita, dalam bingkai pengabdian. Kami berlindung dan mohon ampun pada-Mu Rabb, atas apa yang belum bisa kami lakukan dalam menegakkan dien-Mu. Kami mohon berikanlah kekuatan untuk kami menyusuri jalan yang pernah Rasul-Mu tapaki. Aku berlindung akan hari esok yang menjadi milikku. Dekaplah mimpi ini..

by. Eno Dian. G

0 komentar:

Posting Komentar

kasih komentar anda

jam

Jumlah pengunjung

Laskar X-Pan City

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Dunia telah memberikan arti bagi hidupku. Saya hanyalah anak kampung yang tidak ingin ketinggalan dengan kemajuan teknologi. Bukan saatny orang kampung termarjinalkan. Sekarang adalah saatnya untuk maju. membuka bakat terpendam yang dimiliki oleh orang kampung seperti saya ini.

translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Perjalananku

benerin komputer

tentang skripsi