barisan sponsor

Senin, 28 Juni 2010

Kenali Penyakit Paru-Paru Kita!


Paru-Paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia. Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru.

PARU PARU SEHAT

Gejala seperti batuk-batuk, sesak napas, atau sakit di daerah dada mungkin saja menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dengan paru-paru Agan. Dengan mendeteksinya lebih cepat, ini akan membantu agar penyakit ini tidak semakin lama dan bertambah parah. Informasi berikut tentang macam-macam masalah pada paru-paru beserta pencegahan dan solusinya, semoga dapat membantu untuk mendeteksi kesehatan paru-paru Anda.

Tuberkulosis (TBC)
Penyebab: Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menular melalui percikan ludah saat penderita batuk.

Gejala: Batuk berdahak lebih dari tiga minggu. Dapat juga disertai batuk yang mengeluarkan darah. Penderita akan mengalami demam khususnya pada siang atau sore, berkeringat pada malam hari. Nafsu makan menurun sehingga mengakibatkan badan menjadi kurus.

Pencegahan dan solusi: Bila ada teman, tetangga atau anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut, ada baiknya Anda menyarankan untuk memeriksakan ke dokter untuk mengetahui apakah batuknya merupakan penyakit TBC atau tidak. Karena kadangkala penyakit batuk sering dianggap sepele, padahal penyakit ini dapat membunuh seseorang bila tidak segera ditangani dan dapat menular kepada orang lain.

Pengobatan: Pengobatan untuk TBC bila sudah diketahui sejak dini sebenarnya tidak terlalu mahal dan mudah untuk disembuhkan karena sudah ada obat yang disediakan pemerintah. Bila diperlukan, penderita TBC dapat juga dikarantina di tempat khusus agar tidak menularkan penyakitnya.

Penyakit ini juga sebenarnya merupakan salah satu penyakit yang sudah ditaklukan, tetapi belakangan kembali menyerang. Salah satunya adalah karena penderita tuberkulosis ini tidak menghabiskan obat mereka. Obat harus diminum secara teratur selama 6 sampai 9 bulan untuk menyembuhkan penyakit ini. Tidak menghabiskan obat dapat menyebabkan penderita tidak dapat sembuh dan menyebabkan obat tidak mampu lagi melawan kuman karena kuman menjadi kebal.

PARU-PARU PENDERITA TBC


Penyebab: Penyebab asma adalah penyempitan sementara pada saluran pernapasan yang dapat menyebabkan penderitanya merasakan sesak napas. Penyempitan terjadi pada pembuluh tenggorokan. Faktor keturunan sangat berperan pada penyakit ini, bila ada orangtua atau kakek nenek yang menderita penyakit ini dapat menurun kepada anak atau cucunya.

Alergi terhadap sesuatu seperti debu, perubahan suhu, kelembaban, gerak badan yang berlebihan atau ketegangan emosi dapat meyebabkan alergi sehingga selaput yang melapisi pembuluh akan membengkak dan mengeluarkan lendir yang berlebihan sehingga pembuluh menjadi sempit dan penderita sulit bernapas. Walau serangan sesak napas dapat hilang sendiri, tetapi serangan berat bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian karena penderita tidak dapat bernapas.

Gejala: Sesak napas disertai suara mengi (wheezing)

Pencegahan dan solusi: Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan alergi pada penderita sehingga terjadi serangan asma. Misalnya dengan membersihkan debu pada kasur, bantal atau selimut. Hindari suhu dan kelembaban yang ekstrim, binatang piaran atau makanan yang dapat menimbulkan alergi.

Pengobatan: Untuk mengatasi serangan asma adalah dengan menggunakan obat pelega (bronchodilator) dengan cara dihirup. Cara lainnya adalah dengan melakukan terapi yang akan mengajarkan bagaimana caranya rileks dan mengatur napas apabila terjadi serangan asma. Bila penyakit asma sudah berat, dapat menggunakan obat pelega setiap hari sampai serangan asma dapat dikontrol. Maka, dianjurkan bagi penderitanya untuk selalu membawa obat pelega ke manapun dia pergi agar dapat segera digunakan apabila terjadi serangan.

Bronkitis
Penyebab: Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan udara.

Gejala: Batuk disertai demam atau dahak berwarna kuning bila disebabkan oleh infeksi kuman. Sedangkan bila bersifat kronik, batuk berdahak serta sesak napas selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.

Pencegahan dan solusi: Meningkatkan daya tahan tubuh merupakan salah satu pencegahan yang dapat dilakukan. Sedangkan untuk mencegah bronkitis kronik adalah dengan menghentikan kebiasaan merokok juga menghindari asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif yang sangat berbahaya.

Pengobatan: Untuk pengobatan bila disebabkan oleh bakteri atau kuman dapat diatasi dengan meminum antibiotik sesuai anjuran dokter. Bila disebabkan oleh virus, biasanya digunakan obat-obatan untuk meringankan gejala.

Pneumonia
Penyebab: Pneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan paru (parenkim) yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Umumnya disebabkan oleh bakteri streptokokus (Streptococcus) dan bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Gejala: Batuk berdahak dengan dahak kental dan berwarna kuning, sakit pada dada, dan sesak napas juga disertai demam tinggi.

Pencegahan dan solusi: Selalu memelihara kebersihan dan menjaga daya tahan tubuh tetap kuat dapat mencegah agar bakteri tidak mampu menembus pertahanan kesehatan tubuh. Biasakan untuk mencuci tangan, makan makanan bergizi atau berolahraga secara teratur.

Pengobatan: Apabila telah menderita pneumonia, biasanya disembuhkan dengan meminum antibiotik.

PARU-PARU PNEMONIA



Emfisema

Penyebab: Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.



Gejala: Sesak napas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang biasa digunakan penderita sesak napas. Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang menurun juga biasa dialami penderita emfisema.



Pencegahan dan solusi: Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit ini. Berhenti merokok juga sangat penting.

PARU-PARU EMFISEMA


Kanker Paru-paru


Penyebab: Kanker telah menjadi penyakit yang mematikan, bahkan kanker paru-paru merupakan pembunuh pertama dibandingkan kanker lainnya. Sel tumor atau kanker yang tumbuh di paru-paru dialami oleh penderita kanker paru-paru. Kanker dapat tumbuh di jaringan ini dan dapat menyebar ke bagian lain.




Penyebab utamanya adalah asap rokok yang mengandung banyak zat beracun dan dihisap masuk ke paru-paru dan telah terakumulasi selama puluhan tahun menyebabkan mutasi pada sel saluran napas dan menyebabkan terjadinya sel kanker.




Penyebab lain adalah radiasi radio aktif, bahan kimia beracun, stres atau faktor keturunan.



Gejala: Batuk, sakit pada dada, sesak napas, batuk berdarah, mudah lelah dan berat badan menurun. Tetapi seperti pada jenis kanker lainnya, gejala umumnya baru terlihat apabila kanker ini sudah tumbuh besar atau telah menyebar.




Pencegahan dan solusi: Menghindari rokok dan asap rokok juga banyak mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung antioksidan untuk mencegah timbulnya sel kanker.



KANKER PARU-PARU

Karena penyakit pada paru-paru terutama disebabkan oleh ASAP ROKOK, maka Agan sebaiknya segera menghentikan kebiasaan ini dan jangan mencoba untuk memulainya bagi Agan" yang belm pernah merokok.
Hindari juga untuk menjadi perokok pasif yang bahkan lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif.



"Sayangi paru-paru, hindari penyakit paru-paru, dan anda dapat bernapas dengan lebih lega."



by. bakul_batik@yahoo.com


»»  read more

definisi vaksin,jenis dan penyakit yang dapat di sembuhkan


Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun dengan oral (diteteskan – red). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.Bagaimana vaksin dibuat? Vaksin dibuat dengan cara melumpuhkan atau mematikan kuman. Dengan konsentrasi tertentu, vaksin disuntikkan ke dalam tubuh seseorang sehingga sistem kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap vaksin tersebut. Pada saat ini vaksin banyak yang dibuat hanya dengan mengambil bagian gen kuman, sehingga relatif lebih aman (contoh : HbsAg, Hepatitis B surface antigen – red).

Vaksin itu antara lain untuk penyakit:

1. Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan. Vaksinasi tetanus biasanya diberikan sebagai imunisasi dasar pada bayi melalui vaksinasi DPT dan perlu diulang setelah 10 tahun.

2. Meningitis meningokokus (Meningokok)

Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari gelas yang sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia. Biasanya, para calon jemaah haji diwajibkan menjalani vaksinasi ini tiga minggu sebelum keberangkatan. Vaksinnya diberikan dalam bentuk suntikan, dan bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.

3. Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid. Penderita akan mengalami panas tubuh yang tinggi (di atas 40C), sakit kepala, rasa lelah, dan hilang nafsu makan. Gejala lain, sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penularan terjadi akibat mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi bakteri. Vaksinnya berupa bakteri yang dimatikan, diberikan melalui oral (ditelan) atau suntikan (jenis vaksinnya Thyvim A). Satu kali vaksinasi bertahan untuk tiga tahun.





4. Campak (Measle) 
Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil berwarna merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40C. Terjadi pembengkakan di sekeliling mata, membuat penderita silau melihat cahaya terang. Vaksin campak merupakan virus yang dilemahkan, dan diberikan dalam bentuk suntikan.


5. Parotitis (Mumps)
atau gondongan Parotitis disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejala yang dirasakan lebih hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup. Tetapi, sekitar 10% penderita kemungkinan bisa mengalami serangan kedua. Vaksinnya merupakan virus yang dilemahkan, diberikan dalam bentuk suntikan.


6. Rubella (campak Jerman)
Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi. Nama vaksinasinya MMR (Measle Mumps Rubella). Vaksinasi ini dianjurkan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika usia wanita mencapai 18 tahun dan disarankan satu kali lagi ketika akan menikah. Bila sudah menerima 2 kali, maka tidak perlu diulang lagi. 


7. Yellow fever (demam kuning) 
Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus. Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini. Serangan ringan demam kuning memberikan gejala mirip dengan flu. Bila lebih parah akan disertai dengan timbulnya rasa mual, muntah-muntah, perdarahan, lalu kulit menjadi kekuningan. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan. Satu kali suntikan bertahan memberi perlindungan selama 10 tahun.

8. Hepatitis B 
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam selama beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian putih bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning. Cara penularannya mirip dengan HIV/AIDS, yaitu melalui darah atau produk darah. Misalnya, lewat transfusi darah yang telah tercemar HVB, penggunaan bersama peralatan yang bisa melukai, seperti jarum suntik, pisau cukur, jarum tindik, jarum tato, sikat gigi yang dipakai oleh penderita HVB (karena bila terjadi luka berarti darah yang menempel di alat tersebut bisa menjadi sumber penularan), dan melalui hubungan seksual. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan, dilakukan tiga kali, yaitu bulan ke-0 (saat pertama penyuntikan), ke-1, dan ke-6. 

 
Vaksinasi diulang setelah 5-10 tahun.


9. Japanese B enchephalitis 
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.

10. Rabies
Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28. Vaksinasi pendukung dilakukan setahun kemudian. Vaksinasi rabies diulang setiap 5 tahun. Bagi yang belum pernah menerima vaksinasi rabies, penyuntikan dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 28. Penyuntikan dilakukan lagi setelah 3 bulan.


11. Influenza
Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan kematian yang tinggi pada semua usia. Influenza merupakan penyakit yang cukup berat bila diderita oleh orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang mempunyai penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis). Karena itu, vaksinasi influenza sangat penting diterima oleh kelompok ini ditambah dengan para penderita asma, gagal ginjal, dan penderita dalam keadaan imunkompromais (orang yang kekebalan tubuhnya menurun karena suatu hal. Misalnya, orang yang harus menjalani cuci darah, penderita HIV/AIDS). Vaksin influenza diberikan setiap tahun.



Jadwal vaksinasi dari IDAI 











bakul_batik@yahoo.com
»»  read more

herpes




Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok.Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. Ada dua macam penyakit herpes, yaitu herpes zoster dan herpes simpleks:

1. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung - gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna. 

2. Herpes simpleks disebabkan oleh herpes virus hominis (HVH). Ada dua macam HVH, yaitu HVH tipe 1 menyebabkan herpes labialis dan keratitis, serta HVH tipe 2 menyebabkan penyakit kelamin yang disebut herpes genitalis.

Pada herpes labialis, gelembung berisi air terdapat di sekitar bibir yang menyebabkan rasa panas dan gatal.Herpes keratitis, infeksi virus mengenai kornea mata yang dapat menimbulkan luka.Sementara herpes genitalis yang ditularkan melalui hubungan seksual ini memberikan gejala setelah beberapa hari. Misalnya, gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah.

Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas.

Virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Herpes simpleks adalah penyakit yang sangat umum. 

Di AS, kurang-lebih 20 % orang dewasa terinfeksi, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi infeksi sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80 % orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin.

Infeksi herpes-2 lebih umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih 1 dalam 4 perempuan dan 1 dalam 5 laki-laki terinfeksi herpes simpleks-2. Herpes kelamin berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah caesar. Herpes simpleks paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres.

Hubungan Herpes Simpleks dengan HIV Herpes simpleks tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi herpes bersama dengan HIV biasanya mengalami jangkitan herpes kambuh lebih sering. Jangkitan ini dapat lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-negatif. Luka akibat herpes dapat memberi jalur yang dapat dimanfaatkan HIV untuk melewati pertahanan kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih mudah terinfeksi HIV. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.

Bagaimana Herpes Menular? Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melaluihubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi walaupun tidak ada luka herpes yang terbuka. Lagi pula, sebagian besar orang dengan herpes tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat menyebarkannya. Di AS hanya 9 % orang dengan herpes simpleks kelamin mengetahui dirinya terinfeksi

Bagaimana Herpes Diobati? Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasukmembersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap keringGentian violet dapat dioleskan pada luka. Pengobatan baku untuk herpes simpleks adalah asiklovir dalam bentuk pil dua kali sehari. Ada versi asiklovir lain dengan nama valasiklovir. Valasiklovir dapat diminum sekali sehari, tetapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan asiklovir. Obat baru sedang di uji coba. Uji coba fase II terhadap ME609 dari Medivir untuk herpes mulut hampir selesai. PCL016 dari Novactyl untuk herpes oral dan kelamin sedang dalam uji coba fase II.

Obat ini tidak benar bisa menyembuhkan infeks herpes simpleks — hanya sedikit virus dapat diberantas dari tubuh kita oleh obat. Namun obat ini dapat mengurangi lama dan parahnya jangkitan yang terjadi. Dokter mungkin meresepkan terapi “maintenance”—terapi antiherpes harian—untuk orang dengan HIV yang mengalami HSV kambuhan. Terapi ini dapat mencegah sebagian besar jangkitan kambuh. Penyakit herpes dapat menyebabkan rasa nyeri (sakit) yang amat sangat. Rasa sakit ini harus ditangani dengan baik, dengan memakai analgesik yang cukup untuk menawarkannya.

Apakah Herpes Dapat Dicegah? Penyebaran herpes sulit dicegah. Hal ini sebagian karena sebenarnya banyak penderita herpes yang tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi-pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka. Angka penularan dapat dikurangi dengan penggunaan kondomNamun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas — lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam—dan juga di daerah mulut. Bila orang dengan herpes minum valasiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari herpes pada orang lain.

Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus. EPILOG / GARIS BESAR Herpes simpleks adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan herpes kelamin atau “luka demam” di sekitar mulut. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak mengetahui dirinya terinfeksi. Herpes mudah menular dari orang ke orang waktu hubungan seks atau hubungan langsung yang lain dengan daerah infeksi herpes. Herpes dapat menular walaupun luka terbuka tidak terlihat. 

Belum ada obat penyembuhan untuk herpes. Sekali kita terinfeksi, kita tetap terinfeksi, secara terus-menerus. Orang dengan herpes dapat sekali-kali mengalami jangkitan kulit melepuh yang sakit. Setelah setiap jangkitan selesai, infeksi sementara menjadi laten atau tidak aktif. Orang dengan HIV mengalami jangkitan herpers yang lebih sering dan lebih parah. Demikian penjelasan kami mengenai penyakit herpes.


»»  read more

8 Penyakit Keturunan yang Sulit Dicegah

Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.

Seperti dikutip dari International Bioscience, Jumat (16/4/2010) ada beberapa penyakit keturunan yang sangat serius karena bisa diturunkan pada generasi berikutnya. Orangtua yang memiliki gen penyakit turunan, sebaiknya segera memeriksakan anaknya.

Ada beberapa penyakit turunan yang secara otomatis diturunkan ke anak atau generasi berikutnya, yaitu:

1. Hemofilia

Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang diturunkan yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan. hemofilia A timbul jika ada defek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII) sedangkan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). hemofilia A dan B tidak dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang serupa. hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat. kelainan perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam berkas Talmud pada Abad Kedua. sejarah modern dari hemofilia dimulai pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang menderita hemofilia, diikuti oleh Nasse pada tahun 1820 yang pertamakali mereview hemofilia. Wright pertama kali mendemonstrasikan adanya bukti suatu defek pada proses pembekuan darah pada hemofilia tahun 1893, namun faktor VIII (FVIII) belum teridentifikasi sampai pada tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil mengisolasi faktor pembekuan dari darah, yang saat itu mereka sebut sebagai faktor antihemofilia (AHF).
Suatu bioasai dari faktor VIII diperkenalkan pada tahun 1950. walaupun hubungan antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) saat ini telah diketahui, namun hal ini tidak disadari saat itu. pada tahun 1953, kurangnya faktor VIII pada pasien dengan defisiensi vWF pertama kali diterangkan. lalu penelitian berikutnya oleh Nilson dan kawan-kawan mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor pembekuan tadi.
Pada tahun 1952, penyakit christmas pertama kali dideskripsikan dan nama penyakit tersebut diambil dari nama keluarga pasien pertama yang diteliti secara menyeluruh. penyakit ini sangat berbeda dari hemofilia karena pencampuran plasma pasien penyakit christmas dengan plasma pasien hemofilia menormalkan masa pembekuan (clotting time/CT) karena itu hemofilia A dan B kemudian dibedakan.
Pada awal tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat yang pertama kali ada untuk terapi hemofilia. pada tahun 1970an, lyophilized intermediate-purity concentrates atau konsentrat murni liofil menengah pertama kali dibuat dari kumpulan darah donor. sejak saat itu terapi hemofilia secara dramatis berhasil meningkatkan harapan hidup penderitanya dan dapat memfasilitasi mereka untuk pembedahan dan perawatan di rumah
Pada tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat FVII pertamakali diketahui. kebanyakan pasien dengan hemofilia berat terinfeksi oleh penyakit hepatitis B dan hepatitis C. pada akhir tahun 1980an hampir semua pasien hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus tersebut. standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus.


2. Buta warna

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.

3. Diabetes melitus

Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, "rasa manis") yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.[2]
Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Sedangkan diabetes tipe 2 juga merupakan penyakit turunan yang akan muncul di generasi berikutnya jika ada masalah lain yang menyertai seperti obesitas, hipertensi atau gaya hidup tak sehat yang mengganggu fungsi sel-sel beta di dalam tubuhnya.

4. Thalasemia

Thalasemia adalah kelainan darah karena hemoglobin darah mudah sekali pecah. Penyakit ini merupakan genetik yang diturunkan jika kedua orangtuanya adalah pembawa sifat (carrier). Akibat kelainan darah ini membuat anak terlihat pucat dan harus mendapatkan transfusi darah secara teratur agar hemoglobinnya tetap normal. Berdasarkan hukum Mendel jika ibunya sebagai carrier, maka setiap anaknya berpeluang 25 persen sehat, 50 persen sebagai carrier dan 25 persen terkena thalasemia.
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia)

5. Kebotakan


Dunia medis telah melakukan riset dan menemukan jawaban dari sindrom kebotakan dini. Teori baru ini telah menemukan secara konkrit penyebab dari Androgenetic Alopecia, yaitu telah terjadi percepatan konversi hormon Testosterone menjadi hormon turunannya yaitu Dihydrotestosterone (DHT). Konversi ini terjadi sesaat setelah proses pubertas berakhir atau di kisaran usia 20 tahun. Hormon DHT inilah yang merupakan musuh utama folikel. Folikel yang terekspos oleh DHT menjadi lemah dan tidak mampu menumbuhkan batang rambut (graft) sehat. Maka dari itu untuk mendeteksi apakah seseorang merupakan kandidat kebotakan dini atau Androgenetic Alopecia sangatlah mudah.
Ada 3 hal yang merupakan indikasi kebotakan dini / AA:
Terjadi kerontokan gradual yang menyebabkan penipisan di areal widow’s peak (kening, crown, dan vertex)
Rambut-rambut di areal widow’s peak tipis, ringan, tidak hitam pekat, dan mudah lepas
Penipisan semakin parah dan melebar seiring dengan waktu
Apabila 3 hal itu terjadi, dipastikan pria tersebut mengalami Androgenetic Alopecia dan memerlukan penanganan yang sedini mungkin untuk menyelamatkan folikel-folikel yang lemah. Karena folikel tidaklah abadi. Folikel yang lemah akan menjadi dorman lalu mati.
Stadium kebotakan pria distandarisasi menggunakan tabel yang disebut NORWOOD-HAMILTON SCALE. Di tabel ini kita dapat melakukan assessment terhadap tingkat keparahan kebotakan yang telah terjadi serta metoda penanganannya. Semakin lanjut stadium yang terlalui, semakin intensif pula terapi yang harus dilakukan.





bakul_batik@yahoo.com




»»  read more
Minggu, 27 Juni 2010

ANATOMI DAN FISILOGI PEYEMBUHAN LUKA


Stratifkasi ketebalan squamos epitelium   
      stratum corneum
nsel mati, Cell yang dikeluarkan terus menerus dan terganti
nKeratin tahan air
stratum lucidum
nPenebalan kulit
nCegah UV & sunlight
stratum granulosum
nPembentukan keratin, keratinocytes mengalami  apoptosis
nLamellar granules ; tahanan air
stratum spinosum
nMenjaga kesatuan sel
nMengganti sel di atasnya
nPembelahan sel
 stratum basale
nBerisi  sel batang , melakukan  pembagian sel secara terus menerus

untuk lebih jelasnya silahkan dowload di link ini http://www.ziddu.com/download/10466544/1.anfiskulit.rar.html


»»  read more
Sabtu, 26 Juni 2010

ANATOMI DAN FISILOGI PEYEMBUHAN LUKA

»»  read more
»»  read more

Konsep Umum ART

Start
Memulai terapi ARV pada ODHA yang baru belum pernah menerima sebelumnya 
Restart: memulai kembali setelah berhenti sementara
Substitute
Mengganti salah satu/ sebagian komponen ART dengan obat dari lini yang sama
Switch
Mengganti semua rejimen ART (beralih lini)
Stop
Menghentikan pengobatan ARV
Kelangsungan efek klinis dari ART: Insiden AIDS dan Kematian, 1994-2000
Obat Antiretroviral yang tersedia di Dunia
Pertimbangan Pemberian ART
COMPASSION: Kepedulian
COMBINATION: Kombinasi
COMPLACENCY: Kenyamanan
COMPLIANCE: Kepatuhan
TOXICITY: Toksisitas
Tujuan Terapi
Meningkatkan kualitas hidup
Mencegah IO
Mencegah progres penyakit
Mengurangi penularan ke orang lain
Perkembangan AIDS
Viral Load = Kecepatan KA
CD4 = Jarak ke jurang
Prasyarat Memulai ART
Layanan VCT
menemukan kasus
konseling lanjutan à dukungan psikososial berkelanjutan
Layanan konseling kepatuhan
memastikan kesiapan pasien
konselor terlatih
pendampingan atau dukungan sebaya
Layanan medis
mendiagnosis dan mengobati penyakit terkait HIV & IO
Layanan laboratorium
laboratorium rutin
laboratorium rujukan à CD4 (memantau pengobatan)
Ketersediaan Obat ARV, IO, penyakit terkait lain
efektif, bermutu, terjangkau dan berkesinambungan.
Penilaian Klinis
Penggalian riwayat penyakit lengkap
Pemeriksaan fisik lengkap
Pemerksaan psikologis – k/p
Pemeriksaan laboratorium rutin
Hitung limfosit total
CD4 bila mungkin
Penilaian Klinis
Menilai stadium klinis infeksi HIV
Mengidentifikasi penyakit terkait HIV di masa lalu
Mengidentifikasi penyakit terkait HIV saat ini yang perlu diobati
Mengidentifikasi pengobatan saat ini yang dapat mempengaruhi pemilihan terapi
Pemeriksaan Laboratorium
Tes HIV: Strategi 2 atau 3
Limfosit total atau CD4
DL: Hb, fungsi hati, fungsi ginjal
Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan tambahan (bila ada)
Foto toraks
Urin rutin dan mikroskopik
HCV, HBV
Ureum kreatinin serum à fungsi ginjal
glukosa darah,
SGOT/SGPT àhepatitis, keracunan obat.
bila perlu: bilirubin serum, lipid serum dan amilase serum.
Persyaratan Lain
persiapan matang dengan konseling kepatuhan yang telah bakuà faham
manfaat, cara penggunaan, efek samping obat, tanda-tanda bahaya
menjalani pemantauan klinis teratur
 Siapa yang berhak untuk mendapat ART? (dewasa)
 
Tidak semua ODHA perlu ANTIRETROVIRAL segera !
Saat Memulai ART (Dewasa)
Stadium Penyakit pada Infeksi HIV dewasa -- WHO
Stadium Klinis I
Stadium Klinis II
Stadium Klinis III
Stadium Klinis IV
Stadium Klinis I menurut WHO
Asimtomatik 
Limfadenopati generalisata
Skala penampilan 1
asimtomatik, aktivitas normal
Stadium Klinis II menurut WHO
Berat badan berkurang <10%
Manifestasi mukokutaneus ringan:
dermatitis seboroik, prurigo, infeksi jamur di kuku, ulserasi oral berulang, kheilitis angularis) Herpes zoster, Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang
skala penampilan 2: simtomatik, aktivitas normal
Stadium Klinis III menurut WHO
BBò>10%, Diare kronik >1, Demam, >1 bulan,  kandidiasis oral, OHL,TB paru, Infeksi bakterial berat
Skala penampilan 3: <50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring
Stadium Klinis IV menurut WHO
Wasting, PCP, Toksoplis otak, Diare kriptosporidiosis >1 bulan, Kriptokokosis ekstra paru, inf CMV selain hati, limpa, kgb, Herpes simpleks >1 bulan, PML, Mikosis, Kandidiasis esofagus, trakea, bronki MAC, Septikemia salmonela non-tifoid, TB ekstra paru Limfoma, S Kaposi, Ensefalopati HIV
Skala penampilan 4: terbaring di tempat tidur >50%  dalam masa 1 bulan terakhir
Rejimen ARV
AZT + 3TC + NVP
d4T + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
d4T + 3TC + EFV
Pemantauan ART
Klinis
Laboratoris
Pemantauan laboratorium dasar untuk rejimen ARV lini-I di Layanan Kesehatan Dasar, dan Menengah
Alasan Mengganti Obat
Toksis
Gagal Terapi
Toksisisitas Obat
Ketidak mampuan untuk menahan efek sampingàdisfungsi organ yang cukup berat
dapat dipantau secara klinis
keluhan,
pemeriksaan fisik pasien, atau
hasil laboratorium
Bila obat atau rejimen dapat diidentifikasi dengan jelas à ganti dengan obat yang tidak memiliki efek samping serupa,
AZT dengan d4T (untuk anemia), atau
EFV diganti NVP
Kombinasi ARV terbatas à tidak dianjurkan mengganti obat yang terlalu dini
Toksisitas ARV dan Penggantinya
Toksisitas ARV dan Penggantinya
Kegagalan Terapi
Dinilai dari perkembangan penyakit
imunologis à CD4
virologis à viral-load.
bedakan dengan sindrom pemulihan kekebalan tubuh (IRIS)
viral load tidak selalu ada à gunakan definisi klinis, bila mungkin gunakan kriteria CD4
Tes resistensi obat rutin à tidak dibahas
Bila dipakai kriteria klinis dan/atau kriteria CD4 saja à telah ada mutasi yang resisten sebelumnya, dan menutup kemungkinan penggunaan komponen NRTI dari rejimen alternatif, karena ada resistensi silang dalam satu golongan obat (drug class cross-resistance)
Definisi Kegagalan Terapi Klinis dan Imunologis pada ODHA Dewasa
Penyebab kegagalan ART
Non-adherence atau ketidak patuhan
Malabsorbsi obat
Interaksi obat-obat
Resistensi virus
Pertimbangan sebelum mengubah rejimen
pilihan obat yang masih ada,
kemungkinan akses terhadap obat tersebut,
harga,
kondisi klinis pasien,
kapan waktu terbaik untuk mulai ART kembali,
derajat gangguan sistem kekebalan tubuh (CD4 awal),
tingkat kegagalan terapi–misalnya dengan menilai viral load dan jumlah CD4,
tolerabilitas dan efek samping,
kepatuhan, serta riwayat ART sebelumnya.
Rejimen ARV lini-kedua
Pemakaian obat Lini Kedua
Dosis ddI harus dikurangi dari 400 mg menjadi 250 mg bila diberikan bersamaan dengan TDF.
LPV/r dan SQV/r memerlukan cold chain. NFV dapat dipertimbangkan sebagai suatu alternatif di negara berkembang.
Cara Mengganti Obat
Penggantian antar NNRTI à Tergantung dari alasan
toksisitas berat/ fatalà hentikanseluruh obat bersamaan
ruam basah (berat) akibat NVP --> hentikan obat segera tidak boleh diganti EFV
ruam ringan akibat NVP dapat diganti dengan EFV
tetapi tetap berisiko untuk mengalami ruam yang sama
Cara Mengganti Obat
Penggantian antar NNRTI à Tergantung dari alasan
Mengganti EFV dengan NVP (Winston A) :
langsung dg dosis 200 mg 2 kali sehari tanpa lead-in dose –
perlu segera mencapai kadar terapeutik optimal,
karena EFV menginduksi sitokrom P450, yang meningkatkan metabolisme NVP
kasus intoleransi, toksisitas atau untuk pasien perempuan usia subur, à mulai NVP langsung dengan dosis penuh.
Cara Mengganti Obat
Penggantian antar NNRTI
Lini I gagal à NVP dan EFV tidak dapat saling menggantikan
resistensi silang antar NNRTI tinggi
EFV gagal à 100% resisten terhadap EFV dan NVP sekaligus
Tidak adanya respon terapi EFV setelah kegagalan NVP
Cara Mengganti Obat
Penghentian rejimen NNRTI dalam kondisi tidak darurat
T 1/2 NVP dan EFV jauh lebih lama d/p NRTI.
melanjutkan kedua NRTI selama 7 hari setelah menghentikan NNRTI
Perubahan ART karena kegagalan
Kegagalan terapi: aspek virologis, imunologis dan klinis
Mengubah = mengganti atau menghentikan terapi.
Penyebabkan kegagalan terapi
masalah kepatuhan,
tolerabilitas,
farmakokinetik yang kurang,
potensi obat yang suboptimal,
resistensi obat,
ataupun transmisi virus yang telah resisten.
Perubahan ART karena kegagalan
Identifikasi penyebab kegagalan
Gunakan seluruh informasi dari pasien,
masalah kepatuhan à diskusikan dengan pasien tentang pentingnya hal tersebut
kepatuhan baik à mungkin karena resistensi à ganti segera dengan rejimen lini kedua jika tersedia, untuk mencegah berkembangnya resistensi lebih lanjut.
Rejimen NNRTI ganti dengan rejimen PI
PI tidak tersedia à hentikan terapi secara bersamaan - pajanan obat tunggal NNRTI tidak perlu dikhawatirkan
Perubahan ART karena kegagalan
kegagalan rejimen PI à ganti PI yang diperkuat (boosted PI) atau golongan NNRTI
PI ataupun NNRTI gagal à pertimbangkan golongan yang sama sekali baru: Fusion Inhibitor
Hindari obat rejimen sebelumnya
terutama yang profil resistensi silangnya cukup tinggi.
Tingkat resistensi silang ini bervariasi antar sesama NRTI.
  Contoh:
Pada masalah efek samping à d4T dan AZT dapat saling menggantikan
gagal à d4T dan AZT tidak dapat saling menggantikan à ganti obat baru: TDF
Secara umum prinsip mengganti obat dalam hal kegagalan terapi adalah menggunakan rejimen lini kedua
Terapi Salvage
Pendekatan terapeutik ketika seluruh kelas ARV mengalami kegagalan
Pendekatan terapeutik ketika ARV lini kedua / lebih mengalami kegagalan
Pendekatan terapeutik ketika sedikitnya 1 PI dalam rejimen ARV mengalami kegagalan
Efektifitas terapi salvage tidak 100% à Max 60%
Terapi Salvage
Lakukan tes resistensi dengan phenotyping
Pilihan Rejimen
LPV/r + boosted PI lain yang belum resisten
Fusion Inhibitor
Studi Kasus
Pria 52 tahun
1991: diagnosis HIV 
1993: CD4  0 /μl
1995: TB pulmoner, Addison: hydro + fludrocortison
1996: HAART
4/03: CD4 418 /μl, VL < 50, hipertensi, hiperlipidemia (3TC, NVP, Tenofovir)
6/03: CD4 169 /μl
Kegagalan Pengobatan ?
Pria 52 tahun
»»  read more

jam

Jumlah pengunjung

Laskar X-Pan City

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Dunia telah memberikan arti bagi hidupku. Saya hanyalah anak kampung yang tidak ingin ketinggalan dengan kemajuan teknologi. Bukan saatny orang kampung termarjinalkan. Sekarang adalah saatnya untuk maju. membuka bakat terpendam yang dimiliki oleh orang kampung seperti saya ini.

translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Perjalananku

benerin komputer

tentang skripsi